Laman

Kesehatan Telinga

Penanganan Gendang Telinga Robek dengan Miringoplasti cangkok lemak 
 
 
Gendang telinga / membran timpani /tympanic membrane / eardrum adalah
suatu membran/selaput yang terletak antara telinga luar dan telinga tengah. Fungsi
membran ini sangat vital dalam proses mendengar. Bila terjadi kerusakan pada
membran ini dapat dipastikan bahwa fungsi pendengaran seseorang terganggu.
Robeknya membran ini merupakan salah satu kerusakan yang sering dialami baik
pada anak-anak maupun dewasa. Penyebab robeknya membran ini antara lain
disebabkan oleh infeksi telinga tengah(otitis), trauma baik secara langsung maupun
tidak langsung misalnya tertusuk alat pembersih kuping, suara ledakan yang berada
didekat sekali dengan telinga kita, menyelam dengan kedalaman yang dianggap
tidak aman, trauma kepala akibat kecelakaan kendaraan bermotor dsb. Umumnya
tanda dan gejala robeknya gendang telinga antara lain nyeri telinga yang hebat
disertai keluar darah dari telinga (yang disebabkan trauma) sedangkan yang
disebabkan infeksi umumnya terdapat demam yang tak turun-turun, nyeri telinga
(otalgia), gelisah dan tiba-tiba keluar cairan/nanah dengan atau tanpa darah.
Umumnya dokter THT akan menangani keadaan akut ini dahulu dengan meredakan
gejala dan sumber penyebabnya sambil dievaluasi kondisi membran/gendang
telinganya. Bila gejala dan sumber penyebabnya telah tertangani dan dalam
penilaian selama 1 bulan gendang telinga ini tidak menutup spontan, biasanya akan
disarankan penutupan gendang telinga ini melalui prosedur pembedahan/operasi
(tentu setelah dievaluasi manfaat penutupan membran ini diharapkan dapat
mengembalikan fungsi pendengaran, mencegah bahaya infeksi berulang pada
telinga tengah).
Miringoplasti merupakan prosedur pembedahan yang dirancang khusus untuk
menutup perforasi/lubang membran timpani atau gendang telinga. Ini merupakan
prosedur yang sering dilakukan dan membutuhkan metode yang sangat teliti dimana
ahli bedah THT tidak hanya bertindak sebagai �tukang tempel� saja. Pembedahan
ini bertujuan mengembalikan fungsi membran timpani (MT) sebagai reseptor
gelombang suara.
Hampir sebagian besar perforasi MT baik pada anak-anak maupun orang
dewasa ukurannya kurang dari 50% dari seluruh luas permukaan MT dan lokasi
biasanya di daerah tepi (marginal). Perdileksi tersering lokasinya berada di area
timpani anterior.
Berdasarkan metodenya, miringoplasti dapat dilakukan melalui pendekatan
transkanal, endoaural dan postaurikular. Keputusan penggunaan metode
pembedahannya bergantung pada kondisi patologis (luas perforasi), anatomi
regional MT, keahlian individu operator.
Berdasarkan pertimbangan kekambuhan/kegagalan bahkan komplikasi
pembedahannya, penggunaan metode miringoplasti transkanal menggunakan
cangkok lemak dengan bantuan endoskopi merupakan pembedahan yang potensial
dan secara signifikan memberikan hasil yang baik kerena menggunakan metode
invasive minimal. Metode ini juga dapat dikerjakan didalam ruang praktek klinik
sehari-hari menggunakan anastesi lokal.
Beberapa ahli telah memulai menggunakan miringoplasti dengan cangkok
lemak sejak tahun 1962 diawali oleh Ringenberg melakukan miringoplasti terhadap
25 pasien dengan tingkat keberhasilan 86,5%. Gross tahun 1989 melaporkan
keberhasilan 79,2% dari 28 pasien. Deduens tahun 1993 melaporkan tingkat
keberhasilan 89% dari 30 pasien. Thomasin tahun 2000 dari 81 pasien tingkat
keberhasilannya 92%.1
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI MIRINGOPLASTI CANGKOK LEMAK
Dahulu penggunaan cangkok lemak diindiksasikan pada perforasi yang masih
tersisa setelah dilakukannya miringoplasti konvensional. Saat ini setelah dilakukan
serangkaian percobaan dan berdasarkan pengalaman empiris inidikasi miringoplasti
cangkok lemak adalah :
? Semua perforasi MT yang ukurannya kurang dari 50% dari luas MT
? Perfoarsi MT harus non-marginal (annulus, malleus handle)
Kontraindikasi miringoplasti cangkok lemak antara lain :
? ?Bercak miringosclerotik disekitar perforasi.
? ?Miringitis lokal disekitar perforasi.
? ?Sedang terjadi episode otore.
? ?Terbentuknya jaringan parut setelah kondisi perforasi MT
? ?Kegagalan penutupan MT menggunakan tehnik sebelumnya, atau jika
penyebab kegagalan tidak teridentifikasi.
I. PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit inlamasi telinga
tengah yang sering diumpai dalam praktek sehari-hari. Penyakit ini ditandai oleh
otore (keluar cairan telinga) yang menetap atau berulang/kronik dari perforasi
membran/gendang telinga. Sebagai akibat dari perforasi membran timpani, bakteri
dapat masuk ke telinga tengah melalui liang telinga luar. Infeksi pada mukosa telinga
tengah inilah yang kemudian menyebabkan otore telinga.
OMSK yang sukar disembuhkan dapat menyebabkan komplikasi yang luas.
Umumnya penyebaran bakteri ini merusak struktur disekitar telinga atau telinga
tengah itu sendiri. Komplikasi ini bisa hanya otore yang menetap, mastoiditis,
labirintitis, paralisis saraf fasialis sampai komplikasi serius seperti abses intrakranial
atau trombosis. Walau dalam prektek kejadian komplikasi ini rendah, namun harus
ada dalam pikiran kita ketika menjumpai pasien dengan OMSK aktif. Pengobatan
harus segera diberikan secepat dan seefektif mungkin untuk menghindari komplikasi.
Permasalahan yang timbul pada infeksi telinga (OMSK) adalah otore yang
timbul berulang bahkan menetap walaupun telah diobati dengan seksama, sehingga
terkadang menimbulkan rasa frustasi tidak hanya sang pasien namun juga dokter
yang mengelola. Pada beberapa kasus penanganan operasi mastoid juga tidak
mengahasilkan hal yang memuaskan karena sering kali pasien masih kembali
dengan keluhan otore yang sama.
Saat ini para ilmuwan menemukan bahwa pada banyak kasus infeksi yang
persisten termasuk pada infeksi telinga tengah kemungkinan disebabkan oleh bakteri
yang bersembunyi dalam fase dormant (tak aktif) didalam suatu lapisan yang sangat
tipis, sehingga dapat terlindung dari kerja antibiotika. Pada kondisi seperti ini, cairan
yang masih ada di balik membran timpani bagaikan sebuah �pisau kecil� yang sering
disitilahkan sebagai �biofilm� yang merupakan sarang/koloni bakteri yang siap
menginfeksi kembali pada kondisi lingkungan hidup yang tepat. Dengan kata lain
pada infeksi telinga yang berulang sesungguhnya bukanlah suatu infeksi berulang
dari serangan bakteri baru namun sesungguhnya merupakan serangan dari bakteri
biofim itu sendiri.
II. KESULITAN PENATALAKSANAAN OMSK
Seperti telah diungkapkan pada pendahuluan, seringkali pengobatan OMSK
sangat sulit dilakukan. Ada dua hal yang paling tidak menyebabkan kesulitan
pengobatannya yaitu :
1. Cara pemberian obat baik pemberian secara peroral, topikal bahkan sistemik
sekalipun sulit mencapai mukosa telinga tengah dan mastoid. Saat ini dari
penelitian di Jepang, pemberian obat topikal melalui perforasi membran timpani
menunjukkan hasil memuaskan baik dalam cara pemberiannya maupun
efektifitas pengobatannya.3
2. Resistensi kuman. Terbentuknya resistensi kuman terhadap antibiotika dari data
penelitian yang banyak dipublikasikan, bukanlah merupakan faktor yang
menyebabkan kegagalan pengobatan OMSK.3
III. MEKANISME PERLINDUNGAN BAKTERI
Dalam hidupnya bakteri dapat menghadapi berbagai kondisi yang tidak
menguntungkan kelangsungan hidupnya baik dari lingkungan maupun mekanisme
kerja antibiotika. Beberapa mekanisme yang telah dikenal dan terus diteliti antara
lain :
1. Nonplanktinic growth modes
2. biofilm
III.1 Nonpalnktonic growth modes
Sampai saat ini pertahanan bakteri yang berubah menjadi bentuk nonplantonik
pada infeksi yang menyebabkan OMSK belum diketahui pasti. Pada kondisi dimana
lingkungan kurang menguntungkan untuk hidupnya, bakteri mempunyai beberapa
mekanisme untuk menghadapinya. Salah satu mekanisme diantaranya adalah
kemampuan bakteri untuk secara cepat menghasilkan banyak pembelahanpembelahan
kecil yang disebut ultramikrobakteria. Ultramikrobakteria adalah
organisme yang sangat kecil yang tersusun hanya genomenya saja. Bakteri dalam
hal ini menjadi bentuk/tipe spora (spore formation). Ketika bakteri berubah mejadi
bentuk demikian, jumlah ultramikrobakterianya dapat 15 kali lipat melebihi jumlah
dari bakteri aslinya.
Diduga ada keterlibatan gen spesifik yang mengatur proses pembelahan ini
yaitu stringent response gene. Gen ini bertanggung jawab dalam merespon
ketiadaan nutrisi dan kondisi tidak menguntungkan lainnya dari lingkungan dimana
bakteri ini hidup. Pada kondisi tertentu sel-sel yang kekurangan nutrisi mungkin akan
mengekspresikan fenotif yang berbeda dibandingkan sel yang cukup nutrisinya
Karena kemampuannya, sel tersebut dapat merubah struktur permukaannya dan
saling mempengaruhi dengan sel lain untuk berubah menjadi sel-sel yang berbeda.
Perubahan-perubahan permukaan sel ini mungkin juga mempengaruhi cara kerja
antibiotika, dimana efek terapi dengan jalan pengikatan antibiotika terhadap
permukaan bakteri dapat menjadi lebih baik atau malah sebaliknya lebih buruk.
III.2 Biofilm
Mekanisme lain bakteri dalam mengahdapi kondisi lingkungan yang kurangan
nutrisi agar tetap bertahan hidup adalah dengan membentuk biofilm.2-3 Biofilm adalah
suatu bentuk lapisan tipis yang terdiri dari kumpulan pertumbuhan bakteri (koloni)
yang dapat menyerang suatu lapisan permukaan sel, mukosa atau apapun. Sel-sel
bakteri yang ada dalam suatu biofilm dapat mengekspresikan fenotipe yang berbeda
jika bakteri tersebut ada dalam biofilm dibanding jika bakteri tersebut berada di luar
biofilm.
Bakteri biofilm dapat digambarkan seperti sebuah koloni semut didalam tanah,
dimana semut-semut itu mempunyai peran masing-masing seperti semut pekerja,
semut pencari makan, semut perawat, semut tentara dan lain-lain. Masing-masing
bakteri didalam suatu biofilm mempunyai spesialisasi sendiri. Ada yang berinteraksi
antar bakteri untuk membangun struktur biofilm, ada yang bertugas membentuk
menara pengawas dan lapisan-lapisan pelindung, membuat remah-rumah untuk
ditempati jenis bakteri lain termasuk juga jamur, membuat trowongan emergensi,
mempersiapkan saluran-saluran nutrisi dan membuat sistem sirkulasi.
Saluran-saluran yang ada di biofilm memungkinkan bakteri satu dapat
berinteraksi dengan bakteri jenis lain. Didalam suatu biofilm dapat terdiri dari hanya
spesies tunggal bakteri atau terdiri dari bermacam-macam spesies bakteri. Contoh
klasik dari adanya biofilm adalah suatu plaq gigi dimana terdiri dari macam-macam
spesies bakteri didalamnya.
Ada perbedaan yang sangat nyata antara bakteri planktonik dan bakteri dalam
biofilm. Pada bakteri dalam bentuk planktonik, bakteri ini mempunyai kemampuan
untuk memperbanyak diri dan menyebar, hal yang tidak dijumpai pada bakteri yang
ada di dalam biofilm. Disisi lain bakteri bentuk planktonik sangat mudah
terpapar/diserang oleh stimuli lingkungan yang tak menguntungkan, makrofag,
bakteriofag, antibodi dan antibiotika sedangkan bakteri biofilm secara mendasar
resisten terhadap berbagai resiko tersebut diatas.
Dalam menghadapi lingkungan yang tidak menguntungkan biofilm bakteri
mempunyai kemampun pertahanan melalui beberapa mekanisme. Sebagai contoh,
bakteri biofilm dapat membuat lapisan atap biofilm dari matrik glyococalyx. Matrik ini
tersusun dari anyaman exopolymer polisakarida dan seringkali dapat tersusun dari
struktur yang lebih sederhana seperti sukrosa atau fruktosa. Begitu glycocalyx
terbentuk, biofilm akan membentuk consentrat enzim-enzim yang dapat mengkikis
dan melakukan penetrasi ke mukosa dan matrik tulang. Salah satu dugaan
consentrat enzim biofilm ini merupakan salah satu penyebab perubahan mukosa
yang memicu proses OMSK selanjutnya.
Pada lingkungan dengan nutrisi yang kurang bakteria biofilm berada dalam
kondisi dormant. Bakteri ini tidak melakukan aktifitas apapun kecuali hanya untuk
bertahan agar tetap hidup. Kondisi dormant ini terus berlangsung sampai ada
mediator signal hormonal yang memberi tahu bahwa kondisi lingkungan
memungkinkan untuk kelangsungan kehidupannya. Saat kondisi itu terjadi, bagian
dari biofilm dapat menyebar dengan melepaskan diri dari koloninya,
menyebar/berpencar dan kembali menginfeksi di tempat lain. Bakteri-bakteri ini
berpencar dengan berubah ke bentuk mereka semula yaitu bentuk plantonik, dengan
demikian sekali lagi mereka kembali mudah diserang oleh pengobatan antibiotika
konvensional.
Para ahli mikrobiologi mendasarkan studi analisis bakterinya (contohnya
bentuk planktonik) dan uji kepekaan antibiotika pada setiap bakteri yang ditemukan
mungkin sebenarnya bukan bakteri yang ada/menginfeksi pada pasien itu sendiri.
Meskipun demikian hampir semua informasi klinik mengenai bakteri penyebab
penyakit saat ini didasarkan pada penelitian mikrobiologi ketimbang penelitian klinis.
Dari hasil penelitian mikrobiologi pula kita mengetahui bahwa bakteri biofilm
penyebab utama OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus
aureus.
Organisme dalam bentuk biofilm secara signifikan kurang sensitive terhadap
antibiotika dibanding organisme yang sama dalam bentuk plantonik. P aeruginosa
dan S aureus mungkin 20 sampai 100 kali kurang sensitif terhadap tobramycin bila
kuman ini dalam bentuk biofilm dibanding dalam bentuk planktonik. Ada beberapa
alasan yang masuk akal mengapa hal ini dapat terjadi :
1. Diduga organisme yang dalam kondisi inaktif/dormant mempunyai
kepekaan yang lebih rendah.
2. Kerja antibiotika dalam menembus (diffuse) bakteri lebih lambat karena
terhalang matrik glycocalyx. Ini mungkin menjadi faktor yang signifikan
bahwa enzim-enzim yang ada di glycocalyx lebih cepat menghancurkan
antibiotik dibanding penetrasi antibiotika melalui perisai glycocalyx.
Dari penelitian yang dilakukan Berry dkk4 dilaporkan keberhasilan
pengisolasian bakteri biofilm yang diambil dari tube timpanostomi pasien anak-anak.
Berry dkk mengidentifikasi biofilm baik menggunakan binatang percobaan maupun
secara in vitro. Ada dua observasi penting yang didapatkan yaitu :
1. Terbentuknya biofilm dapat dicegah oleh pengaruh ionik dari lapisan tube
timpanostomi, diduga karena terjadi perubahan elektirkal yang mengubah
struktur matriks glycocalyx.
2. Permukaan bahan pembuat tube timpanstomi mungkin menjadi faktor penting
yang mempengaruhi terbentuk tidaknya biofilm. Tube yang dilapisi suatu bahan
pelapis mungkin lebih resisten terhadap biofilm dibanding dengan tidak dilapisi.
IV. Biofilm pada OMSK
Bagaimana keterlibatan bakteri biofilm dalam OMSK sampai saat ini masih
terus diteliti. Awal mula terbentuknya biofilm diduga dari tulang yang mengalami
infeksi (osteitis). Diduga biofilm ini yang menyebabkan ulserasi mukosa dan erosi
tulang dengan jalan penyisipan melalui membran sel yang telah rusak oleh karena
infeksi virus. Biofilm juga dapat menyisip melalui benda asing yang ada di dalam
telinga. Benda asing didalam telinga jarang ditemukan pada kondisi sebelum operasi
tapi sering dijumpai setelah operasi, sebagai contohnya adalah pemasangan tube
timpanostomi. Benda asing lain yang sering ditemukan termasuk disini adalah
pecahan-pecahan metal dari ujung suction yang terlepas saat pembedahan. Pada
akhirnya, kemungkinan ada beberapa sel-sel yang saling berinteraksi membentuk
suatu biofilm khususnya sel-sel yang bersepon teradap adanya infeksi virus.
Sampai saat ini masih terus dikembangkan strategi dalam mengatasi bahkan
mencegah terbentuknya biofim pada pasien OMSK. Ada beberapa strategi yang
masih terus dikembangkan dan diteliti antara lain memblokade reseptor, pemakaian
antipolimerase, merusak/mengintervensi massanger biofilm (tabel 1)
Pada hewan percobaan, penggunaan blokade reseptor yang diambil dari
peritonium tikus yang mengandung polisakarida glycocalyx akan menghalangi
pembentukan biofilm dari kuman Bacteroides fragilis. Polisakarida ini akan mengisi
dan menutup lokasi-lokasi reseptor B fragilis sehingga bakteri tidak dapat
menyerang.
Sementara penggunaan antipolimerase diduga mekanisme kerjanya yaitu
dengan merusak atap pelindung glycocalyx dari biofilm. Pemikiran yang lain juga
yang sedang dikembangkan adalah dengan mencari biofilm massanger yang
nantinya dapat digunakan untuk mengirim pesan kepada bakteri biofilm bahwa
seolah-olah lingkungan hidupnya sudah memungkinkan untuk bakteri berubah
menjadi bentuk planktonik, dengan demikian bakteri tersebut dapat dieradikasi
menggunakan antibiotika konvensional.
V. Kesimpulan
Bakteri biofilm adalah salah satu penyulit dalam pengobatan OMSK karena
kemampuan bakteri dalam beradaptasi dari lingkungan yang tidak menguntungkan
hidupnya dan menghindar dari kerja antibiotika melalui pembentukan lapisan matrik
glycocalyx, enzim-enzim yang bekerja menghambat kerja antibiotika dan aktifitas
yang terbatas dari bakteri (dormant).
Daftar Pustaka
1. Chronic suppurative otitis media. Burden of illness and management options.
Child and adolescent health and development prevention of Blindness and
deftness. WHO Geneva Switzerland 2004.
2. Peter S Ronald. Chronic suppurative otitis media: A clinical overview. ENT
Journal. Suplement .Agust 2002. Available online at: http://www.entjournal.com
3. Cathryn M Delude. Culprit in ear infections is a �biofilm� that protect bacteria.
Center for Biofilm Engineering.2002. Available online at :
http://www.thewritingco.com
4. Berry JA, Biedlingmaier JF, Whelan PJ. In vitro resistance to bacterial
biofilm formation on coated fluoroplastic tympanostomy tubes. Otolaryngol Head
Neck Surg 2000;123:246-51
Resiko Tindik Hidung dan Mulut
Kini semakin banyak ABG dan mereka yang berjiwa muda, menindik hidung, alis,
lidah, bibir, dll. Memang tampak gaya,. Tapi apa dampaknya bagi kesehatan?
Dulu, cuma selebriti yang berani bertingkah macam-macam dan berdandan eksentrik
seperti itu. Tapi kini, globalisasi dan era kebebasan, nampaknya telah merasuk pada
jiwa kawula muda, terutama yang tinggal di ibukota, hingga mereka pun tak ragu
untuk berdandan nyentrik.Tindik menindik, kini bukan lagi cara untuk membedakan
'[i]gender[.] pria dan wanita, tapi sudah menjadi upaya menambah 'keren'
penampilan dan mempertegas jati diri mereka. Sayang, nampaknya kepedulian
mereka terhadap estetis, kurang dibarengi dengan kesadaran akan dampaknya
secara medis pada kesehatan.Padahal, bukan rahasia lagi, acara tindik menindik itu
bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Seperti kasus resesi (penyusutan) jaringan gusi
sekitar bibir, yang menimpa wanita berusia 26 tahun di AS, karena tertarik
melakukan tindik di sekitar mulut untuk menambah 'keren' penampilan.
'
Dia mengalami penyusutan jaringan gusi', ujar Dr. Michael McGuier, Presiden
American Academy of Periodontology. Itu baru dampak awal. Bila dibiarkan, 'Hal itu
bisa menyebabkan resistensi akar gigi, hingga gusi dan akar gigi cepat membusuk
dan hancur'. Bisa dipastikan, orang itu akan lebih mudah mengalami penyakit
peiodontal. Itu adalah akibat bagi mereka yang coba-coba melakukan tindik di sekitar
mulut. Lantas bagaimana resiko menindik di bagian tubuh lain, selain
telinga?Menurut para ahli, mereka terancam mengalami cedera saraf, reaksi
sensitivitas atau alergi yang timbul akibat logam yang digunakan, hingga obstruksi
saluran pernapasan. Yang ditakutkan adalah terjadinya bacteriemia. Memang,
risikonya tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing dan sterilitas alat yang
digunakan.
Melihat kenyataan itu, Dr. Bryan S. Michalowitz dari University of Minnesota School
of Dentistry menyarankan agar kita tak ikut-ikutan mengikuti tren tindik menindik itu.
Tapi bagi yang sudah terlanjur melakukannya, Michalowitz memberikan tips ringan
seperti berikut:
* Lepas anting-anting saat makan (bila dipasang di mulut/lidah) atau selama tidur
* Lepas dan jangan dikenakan lagi jika ada tanda-tanda inflamasi seperti bengkak,
atau nyeri.

Jangan anggap enteng perawatan telinga. Salah-salah malah mendatangkan
masalah.
Karena tak tahu, kita sering membersihkan telinga anak secara asal-asalan.
Padahal, seperti dijelaskan Prof. Dr. Noerbaiti dari bagian THT, RS Pondok Indah
Jakarta, telinga mempunyai bagian-bagian yang harus diperlakukan sangat hati-hati.
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga sampai selaput gendang. Telinga tengah
terdiri atas selaput gendang sampai batas otak, dan telinga dalam terdiri atas alat
pendengaran dan alat keseimbangan. Di telinga bagian luar inilah berkumpul
kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Kotoran kuping seperti daki yang kerap
muncul di daerah ini sebetulnya minyak yang dihasilkan kelenjar tersebut. Fungsinya
menghalau binatang, seperti serangga yang mencoba masuk ke dalam telinga.
Kotoran kuping akan keluar dengan sendirinya berkat dorongan mekanisme otot pipi
saat anak mengunyah makanan. Muara dari kotoran itu adalah daun telinga,
sehingga kita tak perlu mengambil risiko dengan mengorek-ngorek telinga anak
sampai ke bagian tengah dan dalam. "Cukup di bagian yang kelihatan oleh mata
saja," tandas Noerbaiti.
PENYAKIT TELINGA
Salah satu kebiasaan salah yang sering kita lakukan adalah mengorek bagian dalam
telinga dengan cotton buds atau "logam" yang ujungnya cekung seperti sendok.
Menurut Noerbaiti, "Liang telinga bagian dalam hanya boleh dibersihkan dengan alat
khusus yang bisa memutar dan dilakukan oleh ahli. Pemakaian cotton buds justru
mendorong kotoran kuping masuk makin ke dalam lagi."
Kotoran, lanjutnya, justru terperangkap dalam cekungan telinga yang bentuk
liangnya seperti huruf S. Akibatnya, kotoran tak bisa keluar sendiri dan setelah
mengendap di dalam liang telinga akan mengeras dan membatu.
Di sisi lain, kita juga mengenal penyakit telinga dengan sebutan congek. Gejalanya,
dari telinga, persisnya dari selaput gendang yang berlubang, keluar cairan. "Lubang
itu bisa disebabkan apa saja. Biasanya karena berbagai komplikasi dari hidung dan
tenggorok."
Di antara telinga, hidung, dan tenggorok, urai Noerbaiti, terdapat saluran yang
menghubungkan ketiganya. Saluran yang menghubungkan hidung dengan telinga
berfungsi menjaga tekanan udara pada telinga bagian tengah agar sama dengan
telinga bagian luar. Saat anak terserang flu atau pilek, saluran yang menghubungkan
telinga dan hidung bisa saja tersumbat cairan ingus sehingga menimbulkan rasa
nyeri. Selain itu, sumbatan menyebabkan timbulnya perbedaan tekanan udara di
telinga bagian tengah dan bagian luar.
Laiknya sebuah sumur, perbedaan tekanan ini akan membentuk ruang hampa yang
dapat "memompa" cairan ingus keluar melalui telinga. "Inilah yang disebut congek.
Mula-mula yang keluar hanya cairan bening saja, tapi lama-lama mengental,
bernanah, dan berbau." Selanjutnya, akibat perbedaan tekanan, congek dapat
menyebabkan jebolnya selaput gendang dan mengakibatkan 2 risiko infeksi, yaitu
dari luar dan dalam.
Yang dari dalam, contohnya terjadi saat anak menderita flu/pilek. Cairan ingus dari
hidung masuk ke saluran yang berhubungan dengan telinga, sehingga menyebabkan
infeksi telinga tengah. "Jika dibiarkan, akan menjalar sampai ke selaput otak dan
bisa menyebabkan kematian." Oleh karena itu, waspadai bila flu/pilek datang karena
bisa menyebabkan komplikasi yang lebih jauh ke telinga bahkan sampai ke otak.
Flu/pilek hanya boleh diobati sendiri selama 3 hari. Lebih dari itu bila belum juga
membaik, segera bawa anak ke dokter karena dikhawatirkan rentetan efek yang
disebabkan penyakit ini bisa sangat panjang.
BENDA ASING
Jika telinga kemasukan benda asing, tak ada pertolongan pertama yang bisa
dilakukan di rumah. "Penanganan yang salah justru akan membawa akibat yang
lebih buruk lagi. Jangan mencoba mengeluarkan benda tadi dengan cara dikorekkorek.
Segera bawa ke dokter THT." Berikut benda-benda asing yang biasa masuk
ke telinga:
* Air
Saat mandi atau berenang, tak jarang air masuk ke telinga anak. Selama telinganya
bersih, air otomatis akan keluar sendiri. Namun kalau di dalamnya terdapat kotoran
kuping, air akan membuatnya mengembang sehingga tidak bisa keluar. Segera ke
dokter THT untuk membersihkan kotoran kuping yang ada.
* Semut
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian dalam
telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat menghambat
binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.
* Cotton Buds
Cotton buds tidak dianjurkan secara medis untuk mengorek-ngorek telinga, walau
masih saja ada yang menggunakannya. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga,
bahaya lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati
menggunakannya. Ada contoh kasus, seorang ibu membersihkan telinga bayinya
yang baru berumur 7 hari dengan cotton buds. Alih-alih menjadi bersih, telinga si
bayi malah berdarah.
Pada orang dewasa, panjang liang ini 3 cm, sedang pada bayi hanya 1,5 cm. Oleh
karena itu, berhati-hatilah. Jika kapasnya tertinggal di dalam telinga, segera bawa
anak Anda ke dokter THT dan jangan mengorek-ngorek sendiri untuk mengeluarkan
kapas tersebut.
* Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya.
Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke dokter THT. Jangan
coba-coba mengeluarkannya sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di
ruang praktek, dokter mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut.
Cara Menjaga Kesehatan Telinga
Inilah poin-poin yang menurut Noerbaiti penting untuk diperhatikan dalam menjaga
kesehatan telinga.
1. Jangan mengorek-ngorek telinga. Baik dengan cotton buds maupun benda lain.
2. Biasakan anak mengunyah makanan dengan benar karena mengunyah adalah
mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan kotoran dari dalam telinga.
3. Pada bayi, mekanisme ini pun telah dilakukan, yaitu ketika bayi mengisap puting
susu atau dot.
4. Bila telinga terasa berkurang pendengarannya, segera ke dokter THT untuk
dibersihkan.
5. Telinga mempunyai mekanisme sendiri untuk menghambat dan mengeluarkan
benda asing yang masuk. Bila hal ini tidak terjadi, berarti ada sesuatu yang salah
dengan telinga. Segera konsultasikan ke dokter THT untuk dicari penyebabnya.
6. Jauhkan cotton buds dari jangkauan anak-anak. Mereka belum tahu bahayanya.
Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bila tidak hati-hatimenggunakannya,
bukan tak mungkin menusuk dan merobek selaput gendang.
Marfuah Panji Astuti
Telinga terdiri dari 3 bagian
� Telinga Luar
� Telinga tengah
� Telinga dalam
Suara dari lingkungan akan diterima daun telinga dan liang telinga yang merupakan
bagian telinga luar. Selanjutnya gelombang suara akan menggetarkan gendang
telinga( membran timpani ) yang merupakan selaput tipis dan transparan. Kemudian
getaran suara mulai memasuki telinga tengah yang antara lain berisi 3 buah tulang
pendengaran ( maleus � incus � stapes ). Sebagian maleus melekat pada sisi dalam
gendang dan akan bergerak bila gendang telinga bergetar Stapes berhubungan
dengan selaput oval window ( bagian telinga dalam ) . Karena ketiga tulang
pendengaran saling bersendi satu sama lain, maka akan menjembatani getaran dari
gendang telinga , memperkeras dan menyampaikannya ke telinga dalam.
Kohlea yang memiliki struktur pipa 2 1/2 lingkaran dan menyerupai rumah siput
merupakan bagian dari telinga dalam. Kohlea berisi cairan elektrolit. Pergerakan
tulang tulang pendengaran akan menggetarkan selaput oval window , yang akan
menyebabkan terjadinya aliran cairan kohlea. Aliran tersebut akan menggerakkan
sel sel rambut halus yang melekat pada saluran kohlea, pada saat inilah terjadi
perubahan gelombang suara menjadi gelombang listrik. Potensial listrik yang timbul
akan diteruskan ke otak melalui saraf pendengaran
Telinga Berdengung, Jangan Sepelekan!
Saat berada pada suasana yang bising, kerap kita merasakan dengungan pada
telinga kita. Mungkin hal itu dirasa sepele karena selang beberapa detik sesudahnya,
telinga kita akan normal kembali (recovery). Itu sangat alami.
Namun, kita harus hindari jangan sampai sering mengalaminya. Keseringan
munculnya dengungan karena kebisingan tersebut bisa mengakibatkan gangguan
pada organ pendengaran kita. Peringatan itu disampaikan Ratna D Restutu,
Sekretaris Komisi Nasional Pencegahan Gangguan Pendengaran dan Ketulian
(PGPKT).
"Kalau kita mendengar ada dengungan di telinga, itu berarti ada sinyal soal
gangguan yang bisa terjadi pada alat pendengaran kita. Memang ada recovery. Tapi
kalau terjadi terus menerus, telinga tidak akan bisa recovery lagi," kata Ratna di selasela
acara Simposium Telinga Sehat Menjamin Pendengaran Optimal dan SDM
Berkualitas di Hotel Aston Atrium Senen, Jakarta, Sabtu (1/3).
Ratna menjelaskan secara anatomi telinga manusia memiliki tiga bagian penting
yakni telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Masing-masing memiliki fungsi
tersendiri dalam mengotimalkan pendengaran kita."Telinga luar dan tengah masingmasing
punya fungsi dengan memberikan energi mekanik (suara) yang diteruskan ke
telinga dalam dan diubah menjadi energi listrik. Energi ini akan diteruskan ke otak ke
pusat pendengaran. Dengan itu membuat kita mengerti yang orang katakan," jelas
Ratna.
Gangguan fungsi pada salah satu bagian telinga, jelas Ratna, akan menyebabkan
pendengaran berkurang. Telinga punya peranan penting dalam hidup manusia.
Organ ini tidak sekadar diperlukan dalam proses komunikasi. Dua peranan lain yang
tak kalah pentingnya yakni untuk proteksi dan kenikmatan. "Bayangkan kalau ada
klakson mobil atau motor dan kita tidak mendengar. Kan bisa bahaya. Atau kita ingin
mendengar lagu-lagu yang kita senangi, tapi tak nggak bisa," kata Ratna, yang juga
menjabat Staf Departemen Telinga Hidung Tenggorok (THT) Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
Jadi, sudah sepantasnya kualitas pendengaran kita pertahankan guna
keberlangsungan hidup sehingga berjalan baik dan berkualitas. Salah satunya yakni
dengan menghindari telinga kita dari bunyi-bunyian yang bising. Hari Telinga yang
jatuh pada 3 Maret nanti, sekiranya menyadarkan kita, sebagaimana organ tubuh
lainnya, telinga punya peranan vital bagi hidup kita. Perhatikan dan rawatlah telinga
Anda.
[Kompas.com]
Pentingnya Menjaga Kesehatan Telinga Kita
oleh skuler pada Juni 20, 2007, 05:48:00
Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni
secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur
dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam
desibel. Bunyi bisa terdengar oleh telinga manusia jika terjadi getaran di udara atau
medium lain yang sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang
dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada
amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya.
Alat telinga dan pendengaran manusia secara terus-menerus bekerja sebagai pintu
masuk komunikasi dan informasi melalui suatu proses transformasi yang rumit dan
kompleks untuk menginterpretasikan getaran suara dan bunyi lingkungan. Tanpa kita
sadari, manusia tidak luput dari berbagai faktor bahaya yang dapat mengganggu
fungsinya. Salah satunya adalah paparan bunyi lingkungan yang makin bising, yang
dapat menyebabkan gangguan pendengaran maupun kesehatan pada umumnya.
Bising yang kontinu di atas 85 desibel tidak hanya akan menyebabkan keluhan pada
telinga dan pendengaran, tetapi berbagai penelitian membuktikan terjadinya
peningkatan tekanan darah, gangguan tidur, kelainan pencernaan, meningkatnya
emosi, dan berbagai kelainan akibat stres. Seperti kita ketahui, banyak sekali jenis
kegiatan yang melebihi ambang 85 desibel tersebut, misalnya peralatan mesin, lalu
lintas ramai, musik yang menggunakan loudspeaker, permainan, dan aktivitas
rekreasi lainnya. Dengan demikian, yang paling rentan adalah para pekerja
pembangunan dan pabrik, mereka yang beraktivitas dan tinggal dipinggiran jalan
raya, dan anak-anak.
Otot di telinga tengah manusia yang bekerja secara terus-menerus tidak akan
mampu bertahan pada keadaan bising yang terlalu kuat dan kontinu sehingga
terjadilah stimulasi berlebih yang merusak fungsi sel-sel rambut. Kerusakan sel
rambut dapat bersifat sementara saja pada awalnya sehingga akan terjadi ketulian
sementara. Akan tetapi, kemudian bila terjadi rangsangan terus-menerus, terjadi
kerusakan permanen, sel rambut reseptor yang berfungsi untuk meredam getaran
akan berkurang sampai menghilang dan terjadi ketulian menetap.
Ketulian akan terjadi pada kedua telinga secara simetris dengan mengenai nada
tinggi terlebih dahulu, terutama dalam frekuensi 3.000 - 6.000 Hz. Sering kali juga
terjadi penurunan tajam (dip) hanya pada frekuensi 4.000 Hz, yang sangat khas
untuk gangguan pendengaran akibat bising. Karena yang terkena adalah nada yang
lebih tinggi dari nada percakapan manusia, sering kali pada awalnya sama sekali
tidak dirasakan oleh penderitanya karena belum begitu jelas gangguan pada saat
berkomunikasi dengan sesama.
Perlu dipahami bahwa makin tinggi paparan bising, makin berkurang jangka waktu
paparan yang aman. Misalnya pada 115 desibel (konser musik rock), 15 menit saja
sudah berbahaya, pada 130 desibel (mesin jet), dua menit saja dapat menyebabkan
gangguan pendengaran. Musik orkestra klasik dan gamelan juga dapat memberi
paparan kebisingan lebih dari 85 desibel, tetapi berbeda dengan bising industri,
intensitasnya intermiten, bergantian antara bagian yang keras dan pelan, serta
variasi nada yang cukup luas, sehingga terbukti kurang berbahaya bagi
pendengaran. Walaupun demikian, tetap ditemukan kasus pada sebagian pemusik,
yaitu antara 10 sampai 50 persen dapat mengalami gangguan pendengaran.
Bila terjadi ketulian akibat bising, tidak dapat baik kembali dan memerlukan alat
bantu mendengar yang cukup mahal. Oleh karena itu, lebih baik menghindari
kebisingan dan berbagai kiat. Caranya? Menghindari bising, mengurangi volume
bunyi sekitar, dan menggunakan alat pelindung. Seperti pendapat Helen Keller--yang
tuli dan buta sejak usia balita--ketika ditanyakan, andaikata ia mendapat kesempatan
kedua, manakah yang ingin dihilangkannya? Ia menjawab, ingin terlahir kembali
tanpa ketulian karena kebutaan memisahkannya dari benda-benda, sedangkan
ketulian memisahkannya dari manusia.
Bersihkan Telinga Dengan Baik & Benar
Banyak orang suka ngorek telinga sembarangan hanya untuk bisa liyer-liyer nikmat.
Padahal kalau sampai terluka bisa menyebabkan infeksi yang mungkin saja berlanjut
dengan ketulian. Tulisan berikut ini perlu dicermati agar alat pendengaran kita awet
dan tetap sehat.
Bila si Buyung, yang lagi demam, rewel sambil tangannya terus menarik-narik
telinga, Anda boleh curiga kemungkinan telinganya mengalami gangguan. Apalagi
kalau demamnya tidak dibarengi dengan gejala lain seperti pilek, batuk, ruam pada
kulit atau sakit perut, dan sebagainya.
Infeksi telinga pada anak balita bukan kejadian langka. Gara-garanya bisa karena
cara Anda membersihkan telinganya keliru atau memang ada penyebab lain.
"Membersihkan kotoran telinga sebenarnya cukup sebatas daun telinga saja, tidak
perlu sampai ke liang telinga," kata dr. Entjep Hadjar, ahli penyakit telinga, hidung,
dan tenggorokan (THT) dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Pada liang telinga, tepatnya di 1/3 bagian luar telinga yang berbulu, terdapat kelenjar
minyak atau serumen. Ini berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran, serangga,
serta bakteri. Dalam keadaan normal kelenjar ini akan mengeluarkan minyak sedikit
demi sedikit, meleleh keluar ke daun telinga. Limbahnya menyerupai kotoran yang
liat atau lembek, namun akan mengering dengan sendirinya. Setelah kering, kelenjar
tadi akan memproduksi minyak kembali. Demikian mekanisme kerjanya dalam
membersihkan telinga secara alami. Tetapi kalau liang telinga terlalu sering
dirangsang, kelenjar ini akan mengeluarkan minyak berlebihan yang justru kurang
baik buat kesehatan telinga.
Yang perlu diperhatikan, bila Anda membersihkan dengan cotton bud jangan sampai
ke liang telinga. Kalau sampai ke liang telinga, sebagian besar kotoran malah akan
terdorong masuk ke bagian lebih dalam yakni gendang telinga yang kemudian
menumpuk dan membatu. Apalagi kalau jenis kotorannya kering dan keras. "Di
sinilah seseorang akan mendapat masalah karena bagian dalam telinga terasa gatal.
Kalau dikorek-korek sendiri, dengan korek kuping misalnya, bisa mengakibatkan luka
kulit atau gendang telinga, kulit gatal mirip eksim atau bahkan terjadi infeksi sampai
bernanah (otitis media) alias congek", tambah dr. Hadjar. Kasus gangguan telinga
pada balita lantaran cara membersihkan telinga yang salah ini cukup banyak terjadi
di Indonesia. Infeksi ini sering menimbulkan demam.
Kalau diketahui ada kotoran yang telah mengeras di dekat gendang telinga, harus
segera diperiksakan ke dokter ahli THT. Biasanya dokter akan memberikan obat
tetes telinga (karbol gliserin 10%) untuk memecahkan kotoran tersebut. Kotoran yang
sudah pecah disemprot atau dikorek keluar. Infeksi yang barangkali timbul lantaran
iritasi kotoran itu diatasi dengan pemberian obat antibiotika.
Di samping bisa mengakibatkan infeksi, kotoran membatu tadi akan menyebabkan
telinga terasa sakit atau agak tuli sehabis berenang. Sebab air yang masuk akan
terhalang keluar. Bahkan, kalau lubang telinga yang tersumbat hanya sebelah, bisa
mengakibatkan pusing atau vertigo (berputar), terutama bila Anda berenang di air
dingin.
Gangguan pada telinga yang tersumbat kotoran bisa juga muncul saat naik pesawat
udara. Pasalnya, udara yang masuk pada saat tekanan tinggi tidak dapat keluar
dengan leluasa. Akibatnya telinga akan terasa sakit bahkan yang paling
mengkhawatirkan kalau sampai gendang telinga pecah. Nah, pembagian permen
yang biasa dilakukan oleh para pramugari di atas pesawat sebelum lepas landas itu
secara tak langsung sebenarnya berguna untuk kesehatan telinga kita. Mengunyah
sesuatu atau mengulum permen bisa menyeimbangkan udara yang masuk melalui
telinga, agar udara tidak terkunci di dalam.
Pilek dan gangguan telinga
Penyakit pilek pun ada kalanya mengganggu telinga karena lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan hidung (tuba eustachius) mengalami
peradangan atau bahkan mampet. Bila kita merencanakan naik pesawat udara atau
berenang pada saat menderita pilek berat, sebaiknya terlebih dulu ke dokter untuk
mendapatkan obat tetes atau yang dapat menanggulangi peradangan tersebut. Para
penyelam dianjurkan tidak menyelam saat menderita pilek, sebab tekanan air yang
besar sangat membutuhkan kelonggaran masuk-keluarnya udara melalui tuba. Kalau
tuba eustachius-nya sedang mengalami peradangan tentu udara akan terhalang dan
bisa mengakibatkan pecahnya gendang telinga. Atau paling tidak, kita mendapat
serangan sakit telinga atau vertigo karena udara terkurung di dalam. Di lain pihak,
penyakit pilek yang tak kunjung sembuh pada anak bisa menyebabkan infeksi telinga
tengah apalagi kalau bagian tersebut penuh dengan tumpukan kotoran atau cairan.
Gangguan lain pada telinga bisa juga diakibatkan masuknya benda asing ke dalam
saluran pendengaran. Anak kecil banyak yang suka memasukkan biji-bijian ke dalam
telinga. Benda keras yang masuk ini berbahaya kalau tidak segera diambil sebab
dapat mendesak gendang telinga atau bergesernya kedudukan tulang pendengaran.
Ada lagi sejenis virus yang dapat menyerang saraf pendengaran. Serangan penyakit
virus ini bisa menyebabkan kesakitan pada telinga akibat berkurangnya darah yang
mengalir pada alat pendengaran. Penyakit sejenis ini disebut tuli mendadak.
Trauma polusi suara
Telinga terdiri dari 3 bagian yakni bagian luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan
tengah berperan penting dalam pengumpulan serta pengiriman suara. Sedangkan
telinga bagian dalam memiliki mekanisme agar tubuh tetap seimbang dan
bertanggung jawab untuk mengubah gelombang suara menjadi gelombang listrik.
Melalui lubang telinga, suara yang masuk akan menggetarkan selaput kaca
pendengaran dalam rongga telinga. Getaran ini akan menggerakkan tulang-tulang
pendengaran sampai ke tulang sanggurdi. Cairan dalam rumah siput (cochlea) pun
ikut bergetar. Gerakan cairan ini membuat sel-sel rambut terangsang. Rangsangan
inilah yang ditangkap saraf pendengaran yang akhirnya diteruskan ke otak. Manusia
normal mampu mendengar suara berfrekuensi 20 - 20.000 Hz (satuan suara
berdasarkan perhitungan jumlah getaran sumber bunyi per detik) dengan intensitas
atau tingkat kekerasan di bawah 80 desibel (dB).
Bunyi di atas itu kalau terus menerus dan dipaksakan bisa merusak pendengaran
karena bisa mematikan fungsi sel-sel rambut dalam sistem pendengaran. Gejala
awal seringkali tidak dirasakan kecuali telinga berdengung, kemudian diikuti oleh
menurunnya pendengaran. "Trauma suara banyak dialami oleh para pekerja pabrik,"
kata dr. Hadjar pula. Menurut ahli THT ini kebisingan pabrik akan aman selama
masih di bawah 80 dB. Namun kalau naik 3 dB saja, seseorang sebaiknya
beristirahat sejenak setelah bekerja 4 jam, apalagi kalau suara mesinnya kasar dan
membosankan. Atau, bila perlu mengenakan penutup telinga. Kebisingan suara di
jalan yang setiap hari didengar oleh para sopir bus pun bisa berdampak negatif
terhadap pendengaran sang sopir.
Sebaliknya suara musik walaupun keras, kebanyakan masih bisa ditoleransi oleh
telinga lantaran terasa enak didengar. "Musik enak malah bisa ikut melonggarkan
pembuluh darah telinga," tambah dr. Hadjar, mengacu hasil penelitian penyanyi The
Beatles selama 5 tahun.
Namun menurut dr. Hendarta Hendarmin, ahli THT lain dalam Intisari tahun 1991,
dari penyelidikan mengenai tingkat bahaya suara musik keras di beberapa diskotek
(antara 100 - 110 dB), musik keras bisa merusak pendengaran seseorang yang
setiap hari berada di situ. Apalagi kalau bunyi musik demikian melebihi ambang
batas normal yang bisa ditoleransi telinga. Besarnya pengaruh suara terhadap
telinga memang banyak tergantung pada intensitas dan jangka waktu
mendengarnya, jumlah waktu mendengar, serta kepekaan masing-masing, termasuk
usia si pendengar, tambah Hendarmin.
Sebaliknya, musik yang mengalun lembut dan enak didengar seperti klasik,
keroncong, seruling, gamelan, malah bisa ikut menyejukkan pikiran serta membantu
menghilangkan stres. Bahkan, ada seorang ahli bedah saraf terkenal yang menyetel
kaset gending Jawa agar lebih tenang dan tidak terburu-buru selagi membedah
pasien.
Bahaya tekanan darah tinggi
Para penderita penyakit darah tinggi, di mana sel-sel pembuluh darah sekitar telinga
ikut tegang dan mengeras, juga harus selalu memperhatikan kesehatan telinganya.
Sebab, berkurangnya oksigen yang masuk lebih memudahkan sel-sel pendengaran
mati. "Bila penderita merasakan telinganya sering berdengung segeralah ke dokter
sebelum terlambat," saran dr. Hadjar. "Bila tiba-tiba pendengarannya menurun,
segeralah minta pertolongan dokter sebelum lewat tiga hari".
Pada orang lanjut usia, gangguan pendengaran biasanya disebabkan oleh fungsi
organ pendengaran yang menurun atau disebut presbiakusis (sekitar 1,8 -5%)
sehingga sulit dicari penyebabnya. Namun, ada hasil penelitian yang menyatakan,
kemunduran pendengaran pada para manula pun banyak tergantung dari polusi
suara atau bunyi yang didengar sepanjang hidupnya. Artinya, kalau terlalu sering
mendengarkan suara-suara bising/keras, proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh
manusia akan lebih mudah terganggu. Juga tergantung pula dari penyakit
degeneratif yang diidapnya seperti tekanan darah tinggi, diabetes, gangguan
kardiovaskuler, atau obat-obatan tertentu yang diminum secara rutin seperti pil kina
untuk penyakit malaria, streptomisin, dll.
Gangguan organ telinga atau pendengaran memang bisa bermacam-macam,
disamping yang disebutkan di atas, bisa juga karena faktor keturunan atau bawaan,
gangguan gizi, trauma kepala, bisul, jamur, tumor, dll.
Namun dengan gizi yang baik, pemakaian kapas pembersih telinga yang tidak
berlebihan atau dipaksakan, pemeriksaan telinga secara rutin paling tidak setiap 1/2
- 1 tahun sekali oleh ahli THT serta menjaga kebersihan telinga, niscaya kesehatan
telinga tetap terpelihara